Home » » KTSP Smart System

KTSP Smart System

KTSP Smart System


Hakikat Matematika, Hakikat Pendidikan Matematika dan Teori Belajar Matematika

Posted: 29 Jun 2012 04:55 PM PDT

Hakikat Matematika, Hakikat Pendidikan Matematika dan Teori Belajar Matematika
BAB I
HAKIKAT MATEMATIKA
Pengertian Matematika
Berdasarkan etimologi perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Di sisi lain matematika dipadang sebagai ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya dan terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.
Di Indonesia setelah penajajakan Belanda dan Jepang, digunakan istilah "ilmu pasti" ini menimbulkan kesan bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran tentang perhitungan-perhitungan yang memberikan hasil yang "pasti" dan "tunggal". Hal tersebut dapat menimbulkan suatu miskonsepsi yang harus ditiadakan. Justru kemungkinan ketidak unggulan hasil itu dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran matematika untuk mengaktifkan siswa atau student active learning.
Karakteristik Matematika
@ Memiliki objek abstrak
Fakta
Fakta berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol tertentu. Simbol bilangan "3" secara umum sudah dipahami sebagai bilangan "tiga". Sebaliknya kalau seseorang mengucapkan kata "tiga" dengan sendirinya dapat disimbolkan dengan "3". Fakta lain dapat terdiri atas rangkaian simbol, misalnya "3×5 = 15" adalah fakta yang dipahami sebagai "tiga kali lima adalah lima belas". Dalam geometri juga terdapat simbol-simbol tertentu yang merupakan konvensi, misalnya "//" yang bermakna "sejajar". "0" yang bermakna "lingkaran"
Konsep
Konsep adalah idea abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan sekumpulan "segitiga" adalah nama suatu konsep abstrak. Dengan konsep itu sekumpulan objek dapat digolongkan sebagai contoh segitiga ataukah bukan.
Contoh :  'Bilangan asli" adalah nama suatu konsep yang lebih kompleks karena bilangan asli terdiri dari banyak konsep sederhana yaitu bilangan "satu, dua, tiga dan seterusnya".
Operasi
Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan matematika yang lain, sebagai contoh misalnya "penjumlahan", "perkalian", "gabungan" "insan". Unsur-unsur yang dioperasikan juga abstrak. Pada dasarnya operasi dalam matematika adalah suatu relasi khusus operasi adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang  diketahui.
Prinsip
Prinsip adalah objek matematika yang kompleks. Prinsip dapat terdiri dari beberapa fakta, beberapa  konsep yang dikaitkan oleh  suatu relasi ataupun operasi. Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika. Prinsip dapat berupa aksioma, teorema, sifat dan sebagainya.
  1. Bertumpu pada kesepakatan. Kesepakatan yang amat mendasar dalam matematika adalah aksioma dan konsep primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindarkan berputar-putarnya argumentasi dalam pembuktian. Sedangkan konsep primitif diperlukan untuk mengindarkan berputar-putar dalam pendefenisian
  2. Berpola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan pada hal yang bersifat khusus. Banyak teorema dalam matematika yang ditemukan melalui pengamatan-pengamatan khusus, misalnya teorema Pythagoras. Bila hasil pengamatan tersebut dimasukkan dalam suatu struktur matematika tertentu maka teorema yang ditemukan harus dibuktikan secara deduktif dengan menggunakan teorema dan definisi terdahulu yang telah diterima.
  3. Memiliki simbol yang kosong dari arti. Dalam matematika terdapat banyak sekali simbol yang digunakan baik berupa huruf ataupun bukan huruf. Huruf-huruf yang digunakan dalam model persamaan, misalnya x + y = z beklum tentu bermakna atau berarti bilangan. Makna huruf itu tergantung dari permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model tersebut. Jadi secara umum bentuk dan tanda x + y = z masih kosong dari arti
  4. Memperhatikan semesta pembicaraan. Dalam menggunakan matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa simbol itu dipakai. Bila lingkup pembicaraannya bilangan, maka simbol-simbol diartikan bilangan. Bila lingkup pembicaraannnya transformasi maka simbol-simbol itu diartikan suatu transformasi. Lingkup pembicaraan itu yang disebut semesta pembicaraan.
  5. Konsisten dalam sistemnya. Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang mempunyai kaitan satu sama lain tetapi juga ada sistem yang  dapat dipandang terlepas satu sama lain. Misal dikenal sistem-sistem aljabar atau sistem-sistem geometri. Sistem aljabar dan sistem geometri tersebut dapat dipandang terlepas satu sama lain tetapi di dalam sistem aljabar sendiri terdapat beberapa sistem yang lebih kecil yang terkait satu sama lain misalnya sistem aksioma dari group, sistem aksioma dari  ring dan sebagainya. Demikian juga dalam sistem geometri, terdapat sistem kecil yang berkaitan satu sama lain. Misalnya sistem geometri netral, sistem geometri Euclides, dan lain sebagainya. Di dalam masing-masing sistem dan struktur berlaku konsistensi baik dalam makna maupun dalam hak nilai kebenarannya. Kalau telah disepakati bahwa a + b = x dan x + y = p, maka a + b + y  harus sama dengan p.
  • Sistem dan Struktur dalam Matematika
Sistem adalah sekumpulan unsur atau elemen yang terkait satu sama lain dan mempunyai tujuan tertentu. Unsur atau elemen dalam sistem itu sangat tergantung semesta pembicaraan.
Struktur adalah sistem yang di dalamnya memuat hubungan yang hirarki. Suatu sistem aksioma yang diikuti dengan teorema-teorema yang dapat diturunkan dari padanya membentuk suatu struktur.
Di dalam suatu struktur matematika yang lengkap itulah terdapat "konsep primitif atau underfined terms", "aksioma-aksioma", konsep-konsep lain yang didefinisikan dan teorema-teorema. Unsur terakhir ini sering memuat betuk "lemma" atau "corollary" bahkan kadang-kadang juga kriteria.
Beberapa buah aksioma, yang berupa beberapa buah pertanyaan dapat membentuk suatu sistem apabila memenuhi syarat tertentu yaitu independent atau bebas, konsisten atau taat asas dan lengkap.
  • Hakim Tertinggi Matematika
Kebenaran merupakan hal yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan maupun di luar ilmu pengetahuan. Dalam  keilmuan biasanya dikenal tiga jenis kebenaran yaitu :
  1. Kebenaran konsistensi. Kebenaran suatu pernyataan yang  didasarkan kepada kebenaran-kebenaran  yang diterima terlebih dahulu
  2. Kebenaran Korelasi. Kebenaran suatu pernyataan yang didasarkan kepada kecocokannya dengan kenyataan yang ada.
  3. Kebenaran pragmatik. Kebenaran suatu pernyataan yang di dasarkan atas manfaat atau kegunaan dari intensi pernyataan itu.
Perhatikan definisi berikut ini :
  1. Sudut adalah bangun yang terjadi jika dua sinar berpangkal sama
  2. Sudut adalah daerah bidang yang dibatasi oleh dua sinar berpangkal sama
Dengan menggunakan definisi (a) belum dapat menentukan besar sudut, titik dalam  sudut dan setengah sudut. Perlu didefinisikan daerah sudut. Dengan menggunakan definisi (b) sudah dapat uraian di atas menunjukkan bahwa hakim suatu pernyataan dalam matematika adalah struktur yang disepakati untuk digunakan  hakim atau penentu kebenaran suatu pernyataan dalam matematika adalah strukturnya.
BAB II
HAKIKAT PENDIDIKAN MATEMATIKA
  • MATEMATIKA SEKOLAH
Penyajian Matematika
Penyajian atau pengungkapan butir-butir matematika di sekolah disesuaikan dengan perkiraan pengembangan intelektual peserta didik (siswa).
Pengertian perkalian di dahului dengan penjumlahan berulang dengan menggunakan peraga, kelereng, misalnya. Dengan mengelompokkan kelereng menjadi 4 kelompok yang berisi 3 kelereng, guru menjelaskan 4 x 3 adalah 12. Dengan cara mengubah cara pengelompokkan guru menunjukkan bahwa 3 x  juga 12. Hasilnya sama tetapi beda makna perkaliannya. Selanjutnya setelah memahami makna perkalian dengan baik barulah siswa diminta menghafalkan perkalian-perkalian dasar-dasar. Menghafal dalam matematika tidaklah dilarang tetapi hendaklah dilakukan setelah memahaminya.
Tentu dapat dipahami bahwa penyajian matematika di SMU berbeda dengan di SMP atau di SD. Hal ini didasarkan pada tahap perkembangan intelektual siswa SMU yang semestinya sudah berada pada tahap operasional formal. Jadi tidak banyak butir matematika sekolah yang disajikan secara induktif kecuali untuk kelas yang lemah.
Pola pikir matematika
Pola pikir matematika sebagai ilmu adalah deduktif, sifat atau teorema yang ditemukan secara induktif ataupun empiric kemudian dibuktikan kebenarannya dengan langkah-langkah deduktif sesuai strukturnya. Tidaklah demikian halnya dengan matematika sekolah. Meskipun siswa pada akhirnya pembelajarannya dapat digunakan pola pikir induktif. Pola pikir induktif yang digunakan dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa.
Keterbatasan semesta
Sebagai akibat dipilihnya unsur atau elemen matematika sekolah dengan memperhatikan aspek kependidikan, dapat terjadi "penyederhanaan" pada konsep matematika yang kompleks. Pengertian semesta pembicaraan tetap diperlukan namun mungkin sekali lebih di persempit. Selanjutnya semakin meningkat usia siswa, yang berarti meningkat jug tahap perkembangannya, maka semesta itu berangsur lebih diperluas lagi.
Tingkat keabstrakan
Sifat abstrak objek matematika tersebut tetap ada pada matematika sekolah. Hal itu merupakan salah satu penyebab sulitnya seorang guru mengajarkan matematika sekolah. Seorang guru matematika harus berusaha mengurangi sifat abstrak dari objek matematika itu sehingga memudahkan siswa menangkap pelajaran matematika disekolah.
Dalam menyajikan teorema Pythagoras misalnya, tidak  langsung disajikan teoremanya. Diawali dengan peraga luasan segitiga yang memenuhi ukuran sesuai bilangan Pythagoras. Baru kemudian disajikan teoremanya serta bukti yang lebih abstrak.
Fungsi  dan Tujuan Pendidikan Matematika
Matematika sekolah berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasi gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel.
Tujuan pembelajaran matematika yang dituntut dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah :
  1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi
  2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran diverger, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
  3. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
  4. Mengembangkan gagasan antara lain melalui pembicara lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dan menjelaskan gagasan.
Kecakapan dan kemahiran matematika yang diharapkan dapat tecapai dalam belajar matematika adalah :
  1. Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisiensi, dan tepat dalam pemecahan masalah.
  2. Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik atau  diagram untuk mempelajari keadaan atau masalah
  3. Menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
  4. Menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat (merumuskan), menafsirkan dan menyelesaikan model  matematika dalam pemecahan masalah
  5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan
BAB III
TEORI-TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN PROSES PEMBELAJARAN YANG RELEVAN UNTUK PEMBELAJARAN MATEMATIKA
  • TEORI PIAGET
Jean Piaget mengemukakan dalam teorinya bahwa kemampuan kognitif manusia berkembang menurut empat tahap, dari lahir sampai dewasa. Keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut :
Tahap sensori-motor (sensory-motor stage)
Berlangsung sejak  manusia lahir sampai berusia sekitar 2 tahun. Pada tahap ini pemahaman anak mengenai berbagai hal pertama bergantung pada kegiatan (gerakan) tubuh beserta alat-alat indra.
Contoh :  Pada tahap ini anak tahu bahwa didekatnya ada sesuatu barang mainan kalau ia menyentuh barang itu.
Tahap pra-operasional (pre-operational period)
Berlangsung dari kira-kira 2 tahun sampai 7 tahun. Pada tahap ini anak sudah menggunakan pemikirannya dalam berbagai hal. Akan tetapi pemahamannya mengenai berbagai hal masih terpusat pada dirinya sendiri. Dengan kata lain. Pada tahap ini anak belum bisa berpikir secara objektif, lepas dari dirinya sendiri.
Tahap operasi konkret (concrete-operational stage)
Berlangsung kira-kira dari usia 7 sampai 12 tahun. Pada tahap ini anak sudah bisa memahami bahwa orang lain mungkin memiliki pikiran atau perasaan yang berbeda dari dirinya. Dengan kata lain anak sudah bisa berpikir secara objektif. Pada tahap ini anak juga sudah bisa berpikir logis tentang berbagai hal, termasuk hal-hal yang agak rumit tetapi dengan syarat bahwa hal-hal tersebut disajikan secara konkret.
Tahap operasi formal (formal-operational stage)
Berlangsung sejak kira-kira usia 12 tahun keatas. Pada tahap ini, anak atau orang sudah mampu berpikir secara logis tanpa kehadiran benda-benda konkret, dengan kata lain, sudah mampu melakukan abstraksi (mampu berpikir tentang hal-hal yang abstrak)
Teori Piaget menjelaskan pula bahwa perkembangan kemampuan intelektual manusia terjadi karena adanya berbagai faktor yang mempengaruhi yaitu :
Kematangan (maturation)
Yaitu pertumbuhan otak dan system syaraf manusia, karena bertambahnya usia dari lahir sampai dewasa
Pengalaman (experience), yang terdiri atas:
a)      Pengalaman fisik (physical experience), yaitu interaksi manusia dengan objek-objek dilingkungannya
b)      Pengalaman logika-matematika (logico-mathematical experience),  yaitu kegiatan-kegiatan pikiran yang dilakukan oleh manusia yang bersangkutan.
Transmisi sosial (social  transmission),
Yaitu interaksi dan kerjasama yang dilakukan oleh manusia dengan orang lain.
Penyetimbangan (equilibration)
Yaitu proses dimana struktur mental manusia kehilangan kesetimbangan sebagai akibat dari adanya pengalaman-pengalaman atau pembelajaran-pembelajaran baru melalui proses asimilasi dan akumulasi.
  • TEORI GAGNE
Robert M. Gagne  dalam teorinya mengemukakan suatu klasifikasi dari objek-objek yang dipelajari di dalam matematika.
Objek-objek pembelajaran matematika
a)      Fakta-fakta matematika adalah konvensi-konvensi dalam matematika yang dimaksudkan untuk memperlancar pembicaraan-pembicaraan di dalam matematika, seperti lambang-lambang yang ada di dalam matematika, semufakatan bahwa pada garis bilangan yang horisontal, arah ke kanan menunjukkan bilangan-bilangan yang semakin besar sedangkan arah kekiri menunjukkan bilangan-bilangan yang semakin kecil
b)      Keterampilan-keterampilan matematika adalah operasi-operasi dan prosedur-prosedur dalam matematika, yang masing-masing merupakan suatu proses untuk mencari (memperoleh) sesuatu hasil tertentu contoh. Keterampilan matematika adalah proses mencari jumlah dua bilangan, proses mencari akar suatu persamaan dan sebagainya.
c)      Konsep-konsep matematika adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan orang untuk mengklasifikasikan apakah sesuatu objek tertentu merupakan contoh atau bukan contoh dari ide abstrak. Suatu konsep yang berada dalam lingkup ilmu matematika disebut konsep matematika, segitiga, persamaan, bilangan cacah dan lain sebagainya.
d)     Prinsip-prinsip  matematika adalah suatu pernyataan yang bernilai benar, yang memuat dua konsep atau lebih dan menyatakan hubungan antar konsep-konsep  tersebut.
Fase-fase kegiatan belajar
  1. Fase aprerhensi (apprehension phase). Pada fase in siswa menyadari adanya stimulus yang terkait dengan kegiatan belajar yang akan ia lakukan dalam pelajaran matematika, stimulus tersebut bisa berupa matematika pelajaran yang  tercetak pada halaman sebuah buku, sebuah soal yang diberikan oleh guru sebagai pekerjaan rumah  dan lain sebagainya.
  2. Fase akuisisi (acquisition phase) pada  fase ini siswa melakukan akuisisi (pemerolehan, penyerapan atau internalisasi) terhadap berbagai fakta, keterampilan, konsep atau pirnsip yang menjadi sasaran dari kegiatan belajar tersebut
  3. Fase penyimpanan (storange phase). Pada fase ini siswa menyimpan hasil-hasil kegiatan belajar yang telah ia peroleh dalam ingatan jangka pendek (short-term memory) dan ingatan jangka panjang (long-term memory)
  4. Fase pemanggilan (retrieval phase). Pada fase ini siswa berusaha memanggil kembali hasil-hasil dari kegiatan belajar yang telah ai peroleh dan telah disimpan dalam ingatan, baik itu yang menyangkut fakta, keterampilan, konsep maupun prinsip.
Jenis-jenis belajar (tipe-tipe belajar)
a)      Belajar isyarat (signal learning) adalah kegiatan belajar yang terjadi secara tidak disadari, sebagai akibat dari adanya  suatu stimulus tertentu. Sebagai contoh, jika seseorang siswa mendapat kometar bernada positif dari guru matematika secara tidak disadari siswa itu akan cenderung menyukai pelajaran matematika.
b)      Belajar stimulus respons (stimulus-respons learning) adalah kegiatan belajar yang terjadi secara disadari, yang berupa  dilakukannya sesuatu kegiatan fisik sebagai sesuatu reaksi (respons) atas adanya sesuatu stimulus tertentu.
c)      Rangkaian gerakan (chaining) merupakan kegiatan yang terdiri atas dua gerakan fisik atau lebih yang dirangkai menjadi satu secara berurutan, dalam upaya untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu.
d)     Rangkaian verbal (verbal association) merupakan kegiatan merangkai kata-kata atau kalimat-kalimat secara bermakna, termasuk menghubungkan kata-kata dengan objek tertentu.
e)      Belajar membedakan (discrimination learning) merupakan kegiatan mengamati perbedaan antara sesuatu objek yang satu dengan sesuatu objek yang lain.
f)       Belajar konsep (concept learning) adalah kegiatan mengenali sifat yang sama yang terdapat pada berbagai objek atau peristiwa dan kemudian memperlakukan objek-objek atau peristiwa-peristiwa itu sebagai suatu kelas, disebabkan oleh adanya sifat yang sama tersebut
g)      Belajar aturan (rule learning) aturan adalah suatu pernyataan yang memberikan petunjuk kepada manusia bagaimana harus bertindak dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. Belajar aturan adalah kegiatan memahami pernyataan-pernyataan semacam itu sekaligus menggunakannya pada situasi tertentu yang  sesuai.
h)      Pemecahan masalah (problem solving), merupakan kegiatan belajar yang paling kompleks. Sesuatu soal dikatakan sebagai masalah bagi seseorang  apabila orang itu memahami soal  tersebut tetapi orang itu belum mendapatkan sesuatu cara yang dapat memecahkan soal itu.
  • TEORI BRUNER
Jerome Bruner mengemukakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar (melebihi) informasi yang diberikan kepada dirinya. Ada dua bagian yang penting dari teori Bruner yaitu :
Tahap-tahap dalam proses belajar
a)      Tahap enaktif yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata
b)      Tahap ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk visual (visual imagery), gambar  atau diagram, yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut di atas (butir a).
c)      Tahap simbolik yaitu suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu dipresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak, yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf kata-kata, kalimat-kalimat)
Teorema tentang cara belajar dan mengajar matematika
a)      Tahan konstruksi (contruction theorem) di dalam teorema ini dikatakan bahwa cara yang terbaik bagi seorang siswa untuk mempelajari sesuatu konsep atau sesuatu prinsip dalam matematika adalah dengan mengkonstruksikan sebuah representasi dari konsep atau prinsip tersebut, seperti yang diuraikan pada penjelasan tentang modus-modus representasi, akan lebih baik jika para siswa mula-mula menggunakan representasi konkret yang memungkinkan siswa untuk aktif, tidak hanya aktif secara intelektual (mental) tetapi secara fisik.
b)      Teorema Notasi (notation theorema) menurut apa yang dikatakan dalam teorema notasi, representasi dari sesuatu materi matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila di dalam representasi itu digunakan notasi yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.
c)      Teorema kekontrasan dan variasi (contrast and variation theorem) di kemukakan bahwa sesuatu konsep matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila  konsep itu dikotraskan dengan konsep-konsep yang lain, sehingga perbedaan antara konsep itu dengan konsep-konsep yang lain jelas
d)     Teorema konektivitas (connectivity theorem) di dalam teorema ini disebut bahwa setiap konsep, setiap prinsip dan setiap keterampilan dalam matematika berhubungan dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan keterampilan-keterampilan yang lain.
Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika
Disebabkan oleh adanya peningkatan taraf kemampuan berpikir para siswa sesuai dengan perkembangan kedewasaaan atau kematangan mereka, Bruner menganjurkan digunakannya pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika maksudnya sesuatu materi matematika tertentu seringkali perlu diajarkan beberapa kali pada siswa yang sama selama kurun waktu ssiwa tersebut berada di sekolah, tetapi dari saat pembelajaran yang satu ke saat pembelajaran berikutnya terjadi peningkatan dalam tingkat keabstrakan dan kompleksitas dan materi yang dipelajari termasuk peningkatan dalam keformalan sistem notasi yang digunakan.
  • TEORI AUSUBEL
David P. Ausubel berpendapat bahwa metode ceramah merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif apabila dipakai secara tepat. Ausubel membedakan antara kegiatan belajar yang bermakna yaitu (kegiatan belajar dengan pemahaman) dan kegiatan belajar yang tak bermakna yaitu kegiatan belajar  tanpa pemahaman, dimana siswa hanya menghafal apa yang diajarkan guru tanpa memahami makna atau isi dari yang dihafalkan.
Ausubel mengemukakan dua prinsip penting yang perlu di perhatikan dalam penyajian materi pembelajaran bagi siswa, yaitu :
  1. Prinsip diferensiasi progresif (progressive differentiation principle), yang menyatakan bahwa dalam penyajian materi bagi siswa, materi informasi, atau gagasan yang bersifat paling umum atau paling inklusif harus disajikan terlebih dahulu, dan baru sesudah itu disajikan materi, informasi atau gagasan yang lebih terdiferensiasi atau lebih detail
  2. Prinsip rekonsiliasi integrative (integrative recontiliation principle) yang menyatakan bahwa materi atau informasi yang baru dipelajari perlu direkonsiliasikan dan diintegrasikan dengan materi atau  informasi yang sudah lebih dulu dipelajari pada bidang keilmuan yang bersangkutan.
  • TEORI VAN HIELE
Dalam teori yang mereka kemukakan, mereka berpendapat bahwa dalam mempelajari geometri, para siswa mengalami perkembangan kemampuan berpikir dengan melalui tingkat-tingkat sebagai berikut :
Tingkat visualisasi
Tingkat ini disebut juga tingkat pengenalan. Pada tingkat ini siswa hanya memandang sesuatu bangun geometri sebagai suatu keseluruhan belum memperhatikan komponen-komponen dari masing-masing bangun.
Contoh :  Pada tingkat ini siswa tahu sesuatu bangun bernama persegi panjang, tetapi ia belum mengetahui ciri-ciri dari bangun yang bernama persegi panjang.
Tingkat analisis
Tingkat ini disebut juga tingkat deskriptif, pada tingkat ini siswa sudah mengenal bangun-bangun geometri berdasarkan ciri-ciri masing-masing bangun
Contoh :  Pada tingkat ini siswa sudah bisa mengatakan bahwa sesuatu bangun merupakan persegi panjang karena bangun itu mempunyai empat sisi, sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan semua sudutnya siku-siku
Tingkat abstraksi
Tingkat ini disebut juga tingkat pengurutan. Pada tingkat ini  siswa sudah bisa memahami hubungan antara ciri yang satu dengan ciri yang lain pada sesuatu bangun.
Contoh :  Pada tingkat ini siswa sudah bisa mengatakan bahwa jika pada suatu segiempat sisi-sisi yang berhadapan sejajar, maka sisi-sisi yang berhadapan itu juga sama panjang.
Tingkat deduksi formal
Pada tingkat ini siswa sudah bisa memahami peranan pengertian-pengertian pangkal, definisi-definisi aksioma-aksioma, dan teorema-teorema pada geometri. Juga, pada tingkat ini sisa sudah mulai mampu menyusun bukti-bukti secara formal.
Tingkat Rigor
Tingkat ini disebut juga tingkat matematis pada tingkat ini, siswa mampu melakukan penalaran sitem-sistem matematika (termasuk sistem-sistem geometri), tanpa membutuhkan model-model yang konkret sebagai acuan. Pada tingkat ini, siswa memahami ini dimungkinkan adanya lebih dari satu adanya geometri.
Contoh :  Pada tingkat ini siswa menyadari bahwa jika, salah satu aksioma pada suatu sistem geometri diubah, makna  seluruh geometri tersebut juga akan berubah.
  • TEORI VYGOTSKY
Seorang psikologi Rusia, yaitu Lev Vygotsky, mengkritik pendapat Piaget yang menyatakan bahwa faktor utama yang mendorong perkembangan kognitif seseorang adalah motivasi atau daya dari dalam si individu itu sendiri untuk mau belajar dan berinteraksi dengan lingkungan. Vygotsky justru berpendapat bahwa interaksi sosial merupakan faktor yang terpenting yang mendorong atau memicu perkembangan kognitif seseorang.
Contoh :  Seorang anak belajar berbicara sebagai akibat dari interaksi anak itu dengan orang-orang sekelilingnya, terutama orang yang sudah dewasa. [masbied]

2012 Toyota Yaris

Posted: 29 Jun 2012 04:43 PM PDT

TOYOTA YARIS



The Toyota Yaris combines a well-tailored, roomy interior with agile performance and a fuel efficient engine in an entry-level car.

The front-wheel drive Yaris is available as a hatchback (three-door or five-door) or a four-door sedan. The subcompact Yaris is powered by a 106 horsepower 1.5-liter four-cylinder engine, which is mated to either a five-speed manual transmission, or a four-speed automatic. The hatchback is available in three trim levels, L, LE and SE, the sedan comes as one base level trim. Safety features in the hatchback include anti-lock brakes with electronic brake-force distribution and brake assist, electronic stability and traction control, whiplash lessening front seats, tire pressure monitoring, front seatbelt pretensioners and nine-airbags, including a driver's knee bag and driver/front passenger seat-cushion airbags.

For 2012, The Yaris hatchback has been completely redesigned, while the sedan carries on as a fleet-only vehicle.

2012 Chevrolet Sonic

Posted: 29 Jun 2012 04:41 PM PDT

CHEVROLET SONIC



The Chevrolet Sonic combines a fuel efficient engine, seating for five and ample cargo space to its sporty entry into the sub-compact market.

The front-wheel drive Sonic is offered in two body styles; sedan and hatchback. All models come standard with a 138-hp 1.8-liter engine mated to a five-speed manual transmission. There are two available transmissions, a six-speed manual and a six-speed automatic. A 138-hp 1.4-litre engine is also available on the LT and LTZ trims. Standard safety equipment includes stability control, ABS brakes, automatic headlamps, panic brake assist, hill hold control, OnStar and ten airbags. Standard and optional features depending on the trim level include front fog lights, power windows, heated front seats, cruise control, a security system, air conditioning, XM satellite ratio, alloy wheels, remote engine start and Bluetooth.

The Sonic is all new and has replaced the Aveo for the 2012 model year.

2012 Suzuki SX4

Posted: 29 Jun 2012 04:40 PM PDT

SUZUKI SX4



The Suzuki SX4 is a small five-door crossover or four-door sedan. Sporty and versatile the SX4 has attractive looks and great value.

The crossover/sportback is available in Base, Premium, and Technology/Tech Valu Pkg trims in front-wheel or Intelligent All-Wheel-Drive (I-AWD). The sedan is available with front-wheel drive and comes in Base, LE, LE Popular, and Sport SE trims. The SX4 is powered by a 150-hp 2.0-liter all-aluminum four-cylinder engine matched with a six-speed manual transmission. A continuously variable transmission (CVT) is optional. Standard features include front, rear, side-impact and side-curtain airbags. Electronic Stability and traction control programs are standard on the crossover, available on the sedan. Sport SE and Technology/Tech Valu models include a navigation system. Also available is Bluetooth, automatic climate control, sport pedals, and heated outside mirrors. Sport SE Sedan and Sportback front-wheel drive models come with 17-inch alloy wheels and upgraded shocks.

The 2012 Suzuki SX4 carries over from 2011.

2012 smart fortwo

Posted: 29 Jun 2012 04:38 PM PDT

2012 smart fortwo



The smart fortwo with its small stature provides excellent maneuverability in the city. On the road, its exceptional fuel economy makes it a great commuter vehicle.

The smart fortwo is available in either pure or passion trims. The pure is solely available in coupe form, while the passion is offered as a coupe or cabriolet. Power comes from a 1.0-liter three-cylinder gasoline engine mated to a five-speed automated manual transmission. Standard safety features include electronic stability program, anti-lock brakes, eight-airbags for the coupe, six-airbags for the cabriolet and tridion safety cell.

The smart fortwo is unchanged for 2012.

2012 Nissan Versa

Posted: 29 Jun 2012 04:34 PM PDT

NISSAN VERSA 1.6 SV 4DR SEDAN



The Versa is Nissan's entry-level car with the intention of attracting economy-minded buyers with its mileage, price and larger size than most other vehicles in its class.

The Versa is available as a hatchback or sedan, the sedan is powered by a 107-hp 1.6-liter four cylinder engine, while the hatchback gets a 122-hp 1.8-liter. The sedan can be equipped with either a five-speed manual or optional Xtronic CVT (Continuously Variable Transmission), the hatchback buyer has a choice between a six-speed manual, a four-speed automatic or the Xtronic CVT. Safety comes from six standard airbags, tire pressure monitoring, anti-lock brakes with panic assist, front seat belt pretensioners, side impact beams in all doors and electronic stability/traction control.

For 2012, the sedan as been redesigned inside and out for increased cargo space, efficiency and feature availability. The hatch remains the same as 2011, but with new packages for the S trim, and new standard equipment on the SL such as 16-inch alloy wheels, Bluetooth, Intelligent Key, auto-dimming mirror and a leather steering wheel with audio controls.

2012 Ford Fiesta

Posted: 29 Jun 2012 04:22 PM PDT

FORD FIESTA
The Ford Fiesta is a sub-compact, front-wheel drive, five-passenger car. Available in four- and five-door bodystyles, the current benchmarks for the sub-compact segment are being tested by the Fiestas styling, comfort and luxury features, technology, and overall practicality.

The Fiesta is offered in three trims, S, SE, or SEL. Power comes from a 119-hp 1.6-liter four-cylinder engine, mated to a five-speed manual transmission. An advanced six-speed PowerShift automatic transmission is optional. Standard features on all models include air-conditioning, capless fuel filler system, power body-colored mirrors, tilt/telescoping steering wheel, aux audio input jack and electronic power-assisted steering. Higher trim levels include cruise control, keyless entry, satellite radio, alloy wheels, power windows and door locks, and SYNC hands-free communications and entertainment system. Optional features include heated seats, a passive entry/passive start system, power moonroof, and leather seats; also offered is a Super Fuel Economy (SFE) package for those commuters seeking maximum efficiency. Standard safety features include AdvanceTrac electronic stability control, seven airbags including a driver knee airbag, tire pressure monitoring system, engine immobilizer and four-wheel anti-lock brakes.

For 2012, two new interior style packages and one sport appearance package have been introduced.

2012 Hyundai Accent

Posted: 29 Jun 2012 04:18 PM PDT

HYUNDAI ACCENT


The Hyundai Accent sedan and hatchback are exceptional economy cars that offer attractive looks and outstanding value in a price-sensitive market segment.

The Accent is powered by a 1.6-liter double overhead-cam engine that produces 138 horsepower and features variable valve timing. A six-speed manual transmission is standard; a six-speed automatic transmission is optional. The environmentally friendly Accent has an Ultra-Low Emission Vehicle rating. Standard safety features include front seatbelt pre-tensioners and six airbags (front, seat-mounted side-impact, and side-curtain) on all models. The Accent is available in several trims: GS or SE on the hatchback and GLS on the four-door sedan.

The Accent has been completely redesigned for 2012. New styling inside and out enhance the cars appeal.

SISTEMETIKA PENYUSUNAN RKS / RKM

Posted: 29 Jun 2012 07:43 AM PDT



1.      PENGERTIAN  RKS/RKM
  •    Proses untuk menentukan tindakan masa depan sekolah/madrasah yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. 
  •     Dokumen tentang gambaran kegiatan sekolah / madrasah di masa depan untuk mencapai perubahan/ tujuan sekolah/madrasah yang telah ditetapkan.

2.      DASAR HUKUM

  1. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 51 ayat 1.Yang Isinya : Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan  pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah.
  2. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 53 ayat 1.Yang isinya : Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan yang meliputi masa 4 (empat) tahun
  3. PP Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan.Cuplikan pasal 3 ayat 1 : (1) Biaya pendidikan meliputi: a. biaya satuan pendidikan;b. biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan; dan c. biaya pribadi peserta didik.
  4. PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 51.Yang isinya :   Kebijakan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh satuan pendidikan anak usia dini, satuan pendidikan dasar, dan satuan pendidikan menengah dituangkan dalam:
    1. Rencana kerja tahunan satuan pendidikan;
    2. Anggaran pendapatan dan belanja tahunan satuan pendidikan;
    3. Peraturan satuan atau program pendidikan
  5. PP Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. yaitu Ketentuan Pasal 1 diubah, di antara angka 17 dan angka 18 disisipkan 1 (satu) angka yakni angka 17A dan ketentuan angka 22 diubah, (untuk lebuh jelasnya lihat PP No 17 Th. 2010 dan PP No. 66 Th. 2010
  6. Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Yang isinya :
    1. Rencana kerja jangka menengah (RKJM) yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan.
    2. Rencana kerja tahunan (RKT) yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) dilaksanakan berdasarkan rencana kerja jangka menengah.
  1. Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
Cuplikan ayat 2 pasal 1 :
Tujuan akhir penjaminan mutu pendidikan adalah tingginya kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana dicita-citakan oleh Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dicapai melalui penerapan SPMP.
SPMP adalah : Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan lebih rinci baca Permendiknas No.63 tahun 2009
  1. Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi Non Personalia
  1. Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar
  1. Permendiknas Nomor 37 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS TA 2011.
  1. Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
  1. Permendagri No. 21 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Dari perubahan permendagriNomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan permendagriNomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas permendagriNomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, diubah sebagai berikut Yang isinya :
Pasal 1 ayat 8 :Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.

3.      PENTINGNYA RKS, RKT, DAN RKAS
RKS penting dimiliki untuk memberi arah dan bimbingan para pelaku sekolah/madrasah dalam rangka menuju perubahan atau tujuan sekolah/madrasah yang lebih baik (peningkatan, pengembangan) dengan resiko yang kecil dan untuk mengurangi ketidakpastian masa depan.

4.        TUJUAN PENYUSUNAN RKS/M
1.  Menjamin agar tujuan dan sasaran sekolah/madrasah dapat  dicapai;
2.  Mendukung koordinasi antar pelaku sekolah/madrasah;
3. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik  intra pelaku di sekolah/madrasah, antar sekolah/madrasah,  Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, dan antar waktu;
5. Menjamin keterkaitan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan dan pengawasan;
6. Mengoptimalkan partisipasi warga sekolah/madrasah dan masyarakat;
7. Menjamin penggunaan sumber daya sekolah/madrasah yang ekonomis, efisien, efektif, berkeadilan,berkelanjutan serta memperhatikan kesetaraan gender.

5.      PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN RKS/M

  •       Terpadu, mencakup keseluruhan program.
  •            Multi tahun, mencakup periode 4 tahun.
  •       Multi sumber, mengidentifikasi berbagai sumber dana.
  •       Berbasis kinerja, memiliki indikator yang jelas.
  •       Partisipatif, melibatkan berbagai unsur.
  •       Integrasi Pendidikan Karakter Bangsa.
  •       Sensitif terhadap isu gender.
  •       Responsif terhadap keadaan bencana.
  •       Pelaksanaannya dimonotor dan dievaluasi.

6.        ALUR PENYUSUNAN RKS/M, RKT, DAN RKAS/M

  • •  Pembentukan (Tim Penyusun RKS/M).
  • •  Pembekalan/Orientasi bagi Tim Penyusun RKS/M.
  • •  Pembentukan (Tim Penyusun RKS/M). 
  • •  Pembekalan/Orientasi bagi Tim Penyusun RKS/M 
  •   Penyetujuan oleh rapat dewan pendidik 
  •   Pengesahan oleh pihak berwenang 
  •   Sosialisasi kepada pemangku kepentingan
                                                      Tim Pengembang Sekolah (TPS)

No.
Nama
Jabatan Dinas
Jabatan dalam Tim
1.
Kepala Sekolah
Ketua merangkap anggota
2.
PKS/Guru....
Anggota
3.
PKS/Guru….
Anggota
4.
Kepala TU
Anggota
5.
Komite Sekolah
Anggota
6.
Dst
7.
Dst

Unsur-unsurnya terdiri dari :
  1. Kepala Sekolah
  2. Wakil Guru
  3. Komite Sekolah
  4. Wakil Orang Tua Peserta Didik
  5. Pengawas (sebagai Pembimbing)
Catatan : Di SK-kan dengan SK Kepala Sekolah

Alur penyusunan RKS/M
         Tahap I :
  • Melaksanakan Evaluasi Diri( Mengisi Instrumen dan menganalisis ED
  • Merumuskan rekomendasi hasil EDS
  • Merumuskan  Profil Sekolah/Madrasah (Kondisi sekolah saat ini) sebagai Kesimpulan dari Rekomendasi hasil EDS

        Tahap II :

  • Menetapkan kondisi Sekolah/Madrasah yang diharapkan (Harapan Pemangku Kepentingan)
  • Merumuskan tantangan sekolah
  • Menetapkankan tantangan utama/terpilih
  • Merumuskan alternatif pemecahan tantangan utama
  • Menetapkan alternatif pemecahan tantangan utama terpilih
  •  Menetapkan Sasaran
      Tahap III 
  • Menetapkan kondisi Sekolah/Madrasah yang diharapkan (Harapan Pemangku Kepentingan)
  • Merumuskan tantangan sekolah
  • Menetapkankan tantangan utama/terpilih
  • Merumuskan alternatif pemecahan tantangan utama
  • Menetapkan alternatif pemecahan tantangan utama terpilih
  • Menetapkan Sasaran
       Tahap IV
  1. Menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran  Sekolah/Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RKAS/RAPBS)
  2. Merumuskan tantangan sekolah
  3. Menetapkankan tantangan utama/terpilih
  4. Merumuskan alternatif pemecahan tantangan utama
  5. Menetapkan alternatif pemecahan tantangan utama terpilih
      Tahap ke V
  • Menetapkan Program (sesuai Kategori Program BOS)
  • Merumuskan Indikator Kinerja/Keberhasilan Program
  • Menetapkankan Penanggung Jawab Program Merumuskan Kegiatan
  • Menentukan Jadwal Kegiatan
7.      SITEMATIKA PENULISAN RKS/M

Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Lampiran

BAB I : PENDAHULUAN 
               1.1 Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya Sekolah/Madrasah
               1.2 Tujuan Dan Manfaat RKS/M
               1.3 Landasan Hukum

BAB II : VISI, MISI DAN TUJUAN SEKOLAH/MADRASAH  
        2.1 Visi Sekolah/Madrasah
        2.2 Misi Sekolah/Madrasah
        2.3 Tujuan Sekolah/Madrasah 

BAB III : PROFIL SEKOLAH/MADRASAH 
                (Kondisi Sekolah/Madrasah saat ini)

BAB IV : HARAPAN PEMANGKU KEPENTINGAN
               (Kondisi Sekolah yang diharapkan) 

BAB V : PROGRAM KERJA SEKOLAH/MADRASAH
        5.1 Sasaran
        5.2 Program
        5.3 Indikator Kinerja/Keberhasilan
        5.4 Penanggung Jawab Program
        5.5 Kegiatan
        5.6Jadwal Kegiatan

BAB VI : RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH/MADRASAH
         6.1 Rencana Biaya Program
         6.2 Perkiraan Sumber Pendanaan
         6.3 Rencana Biaya dan Sumber Pendanaan

BAB VII : PENUTUP
           7.1 Kesimpulan
           7.2 Rekomendasi

LAMPIRAN





PENGERTIAN RKT

Proses untuk menentukan program dan kegiatan tahunan sekolah/madrasah yang tepat sesuai dengan urutan prioritas, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia (merupakan penjabaran dari RKS) 
Dokumen tentang gambaran program dan kegiatan tahunan sekolah/madrasah untuk mencapai tujuan dan sasaran tahunan yang telah ditetapkan


Tujuan Penyusunan RKT

  1. Menjamin agar tujuan dan sasaran sekolah/madrasah yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan tingkat    kepastian yangtinggi dan resiko yang kecil..
  2. Mendukung koordinasi antar pelaku sekolah/madrasah. 
  3. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar pelaku sekolah/madrasah, antar sekolah/ madrasah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, dan antar waktu.
  4. Menjamin keterkaitan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan pelaporan dan pengawasan. 
  5. Mengoptimalkan partisipasi warga sekolah/madrasah dan masyarakat
  6. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan  
Prinsip Penyusunan RKT

  1.  Terintegrasi, mencakup keseluruhan program.
  2.  Multi Sumber, mengidentifikasi berbagai sumber dana.
  3.  Partispatif, melibatkan berbagai unsur.
  4.  Monitoring dan evaluasi, oleh berbagai pihak.
  5.  Kesetaraan Gender.
Pada dasarnya RKT merupakan Rencana Kerja per tribulan dalam 1 tahun dan sistematikanya tidak jauh berbeda dengan penyusunan RKS, namun RKS dibuat dalam jangka 4 tahun yang meliputi rencana kerja pertahun. [pidikriyo]
Share this article :
 
Support : Toko Buku Adm | Adm Kepsek | Soal Ukg Online
Copyright © 2013. diva-consulting - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger